Pages - Menu

2/3/14

Kanker Nasofaring


 Pernah mendengar mengenai Kanker Nasofaring? Aku secara pribadi baru-baru ini mendengar tentang Kanker ini. Sehingga sangat cocok dibuat di blog ku dengan maksud, agar memerikan pengetahuan baru tentang Kanker ini.
     Nasofaring adalah salah satu bagian dari faring. Faring atau tekak adalah saluran yang terletak antara rongga hidung serta rongga mulut dan kerongkongan. Penyakit Kanker Nasofaring (KNF) adalah kanker yang berada dalam daerah Nasofaring. Berbeda dengan kanker payudara yang mudah terlihat dan teraba, KNF ini sangat sukar untuk terlihat maupun diraba. Dengan arti lain, kemungkinan bisa luput dari pemeriksaan dokter pada awalnya. Kanker Nasofaring adalah jenis kanker dengan keganasan yang menduduki peringkat tertinggi di bidang Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
     Kanker Nasofaring (NPC) atau lebih dikenal sebagai kanker hidung terjadi saat sel kanker yang berkembang berasal dari nasofaring, yang terletak di area belakang rongga hidung dan di atas bagian belakang tenggorokan. Karena keunikannya, nasopharyngeal carcinoma (NPC) lebih sering dibahas terpisah dari kanker yang menyerang leher dan kepala. Pada tahun 2003 dan 2007, kanker ini merupakan kanker paling umum urutan ke-7 diantara pria di Singapura dan ke-12 diantara wanita, dengan angka 4,6 % kematian akibat kanker pada pria dan 1,7% pada wanita. Diantara 3 etnis utama di Singapura, NPC paling sering terjadi pada etnis Cina diikuti etnis Melayu. Kanker ini sangat langka terjadi pada etnis India.
     Jika kanker ditemukan dalam stadium awal maka bisa disembuhkan; sementara tingkat kekambuhannya sekitar 15% jika saat ditemukan pada stadium I atau II. Sayangnya mayoritas penderita kanker nasofaring baru berobat saat stadiumnya sudah III atau IV; sebab pada stadium III atau IV biasanya kanker nasofaring memperlihatkan tanda / gejala jelas yang berupa benjolan di daerah leher. Padahal, terlihatnya benjolan tersebut merupakan tanda bahwa kanker nasofaring telah bermetastasis atau menyebar ke leher; yang berarti sudah masuk ke stadium lanjut. Fakta ini memprihatinkan karena pada stadium III dan IV harapan hidup si penderita sebetulnya sudah menipis.
     Pengobatan kanker nasofaring selalu memerlukan pemantauan lanjutan. Tujuan pemantauan tersebut untuk mengetahui apakah terapi yang telah dilakukan hasilnya baik atau tidak. Untuk pemantauan lanjutan terhadap pengobatan kanker nasofaring, seorang peneliti UI mengemukakan bahwa pemantauan terhadap respons terapi bisa dilihat dari eksistensi DNA virus EBV (Epstein Barr Virus). Sementara dalam studi sebelumnya diketahui bahwa jumlah DNA-EBV yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah berhubungan dengan ukuran tumor. Oleh karena itu, eksistensi DNA-EBV sebelum dan setelah terapi akan terkait dengan besarnya tumor.
     Pada pengukuran awal, yakni sebelum terapi, terdeteksi bahwa DNA-EBV pada penderita kanker
nasofaring stadium lanjut (III dan IV) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien stadium awal (I dan II). Kemudian, pada pengukuran setelah terapi ditemukan adanya penurunan eksistensi DNA-EBV pada serum dan saliva pasien. Penurunan yang drastis ditemukan di saliva, yaitu mencapai 64%; sedangkan pada serum hanya mencapai 34,6%. Penurunan jumlah DNA-EBV pada saliva itu bisa disebabkan oleh hilangnya atau mengecilnya tumor nasofaring sesudah radioterapi; sedangkan penurunan eksistensi DNA-EBV pada saliva yang lebih cepat daripada penurunan pada serum mengindikasikan bahwa perubahan pada eksistensi DNA-EBV di saliva ternyata lebih informatif dalam memberikan gambaran efektivitas terapi.
     Ada kalanya sesudah pasien dinyatakan sembuh, dalam waktu beberapa lama masih ditemukan eksistensi DNA-EBV dalam kadar yang tinggi di tubuhnya. Hal ini berarti ia mengalami kekambuhan. Maka peneliti UI tadi menyarankan supaya dilakukan pemantauan eksistensi DNA-EBV pada pasien kanker nasofaring dengan real time PCR (q-PCR) untuk memonitor lebih spesifik efektivitas terapi yang diberikan.

PENYEBAB
      Etnis Cina yang berasal dari daerah endemik seperti Hong Kong dan Cina Selatan memiliki tingkat resiko tertinggi terkena NPC. Etnis Cina dari daerah lain dan mereka yang bermigrasi dari daerah endemik ke daerah dengan resiko yang lebih rendah tetap memiliki resiko terkena NPC yang tinggi. Populasi dari negara-negara Afrika Utara dan Timur tengah juga memiliki resiko sedang untuk terkena NPC. Di Singapura, resiko terkena NPC pada pria adalah 3 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
     Walau penyebab kanker ini belum diketahui secara pasti, infeksi virus Epstein Barr (EBV) diperkirakan termasuk faktor penting dalam perkembangan NPC. Faktor resiko yang terkait dengan penyebab NPC diantaranya adalah konsumsi ikan yang diasinkan secara berlebihan pada usia dini, konsumsi tinggi makanan yang diawetkan atau difermentasikan, serta merokok.  Apabila ada  keluarga, dengan garis keturunan pertama yang terkena NPC, mereka juga memiliki resiko tinggi terkena kanker hidung ini, dibandingkan dengan mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat NPC.
     Kabar baik mengenai kanker hidung adalah tingkat terjadinya penyakit ini mulai menurun di Singapura. Hal ini bisa jadi karena generasi muda saat ini memiliki lebih banyak pilihan makanan dan konsumsi rendah akan ikan yang diasinkan serta bahan makanan yang diawetkan/difermentasikan.

GEJALA
  • Pendarahan hidung (mimisan) atau gangguan saluran pernafasan
  • Dahak/Lendir yang bercampur darah
  • Gejala pada telinga, termasuk tersumbatnya telinga, suara berdengung, berkurangnya pendengaran
  • Sakit kepala
  • Leher membengkak akibat pembesaran kelenjar getah bening
  • Kelopak mata menurun, penglihatan ganda, wajah kebas akibat dari terjangkitnya saraf kranial
  • Gejala dari kanker stadium lanjut seperti kehilangan berat badan, cepat letih, nyeri pada tulang.
PENGOBATAN
     Untuk pasien dengan kanker NPC Non-metastasis (stadium I hingga IVB), pengobatan utama yang akan dijalani adalah radioterapi. Radioterapi menggunakan sinar energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Sinar radioterapi hanya akan mempengaruhi sel pada area pengobatan. Pada pengobatan NPC, area yang yang mengalami pengobatan meliputi ruang bagian belakang hidung serta kedua sisi leher. Teknik radiasi terbaru, seperti Image-Guided Radiation Therapy (IGRT), dapat mengirim sinar radiasi pada area yang dituju dengan lebih akurat, sehingga menghasilkan pengendalian tumor yang lebih terarah dengan efek samping minimal. (termasuk berkurangnya mulut kering).
     Radioterapi merupakan pilihan pengobatan bila kanker hidung (NPC) masih berada dalam stadium awal Untuk pasien dengan tumor stadium lanjut (invasi pada bagian dasar tengkorak atau terjadi defisit saraf kranial) dan/atau tingginya nodal stage (pembengkakan kelenjar, kelenjar leher bilateral atau kelenjar yang mencapai bagian dasar leher), prosedur kemoterapi akan dikombinasikan dengan radioterapi untuk memperbesar efek pengobatan.
     Pilihan prosedur bedah pada pengobatan NPC sangatlah terbatas. Bedah dapat dipertimbangkan bila pasien memiliki tumor yang tumbuh kembali hanya pada bagian belakang rongga hidung saja. Bedah leher juga dapat dipertimbangkan bila pasien tetap mengalami pembengkakan pada kelenjar leher bahkan setelah menjalani radiasi, atau bila pasien hanya terjangkit kembali pada bagian kelenjar leher saja. Kemoterapi merupakan metode pengobatan utama bagi pasien dengan kanker ganas yang dapat menyebar, dan pasien dengan kanker yang tumbuh kembali sesudah radioterapi.

Sumber :

  • http://kankernasofaring.org/
  • http://www.parkwaycancercentre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/apa-itu-kanker-nasofaring/
  • http://www.purtierplacenta.com/pengobatan-kanker-nasofaring/
  • http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/01/akademisi-ugm-temukan-alat-deteksi-dini-kanker-nasofaring-ini

No comments:

Post a Comment